AKARBERITA.com, Parepare – Pemerintah Kota (Pemkot) Parepare, membantah tudingan menelantarkan bantuan untuk korban bencana alam Provinsi Sulawesi Tengah. Hal tersebut diungkapkan Wali Kota Parepare HM Taufan Pawe, saat menggelar konferensi pers di Cafe dan Resto Teras Empang, Senin (12/11)
Taufan mengatakan, pemberitaan yang muncul memberi kesan bahwa seolah-olah pemerintah tidak mengelola bantuan yang ada khususnya yang tampak pasca terjadinya hujan deras belum lama ini. Padahal, kata dia, barang yang kena hujan tersebut merupakan pakaian bekas.
“Jadi, tidak sedikit bantuan yang dikumpulkan BPDB dan Dinas Sosial, yang awalnya akan dikirim ke lokasi bencana. Hanya saja, seiring berjalannya waktu dan setelah kami melakukan pencermatan, di mana tidak serta merta bantuan tersebut langsung didistribusikan. Sehingga, awalnya kami kirim tim untuk lokasi melakukan observasi. Supaya, dapat terverifikasi dan tervalidasi warga Parepare yang berada di sana, dan melaporkan data-datanya seperti jumlah dan titiknya,” paparnya.
Taufan menjelaskan, tidak sedikit warga Parepare yang kena musibah, dan setelah beberapa tim kembali, pihaknya melakukan perencanaan untuk melakukan pengiriman tahap kedua, namun, masih ada tim yang tetap tinggal di sana. Namun, katanya, ada hal yang di luar perkiraan Pemkot di mana kehadiran pengungsi yang terus menerus
“Awalnya kami sarankan untuk diberikan tempat di Pasar Kuliner, namun mereka menginginkan tinggal bersama keluarganya dan asalkan dipenuhi kebutuhannya, dan itu sudah kami lakukan. Saat itu, terdata 2620 pengungsi yang terbagi 22 Kelurahan. Jadi, sistem penanganan kami lebih tepat sasaran. Sehingga, kami menunda pengiriman selanjutnya, karena khawatir jika tidak tepat sasaran, sementara masih banyak pengungsi di Parepare yang butuh,” ungkapnya.
Taufan mengemukakan, saat ini separuh pengungsi telah kembali ke lokasi, dan difasilitasi biaya transportasi oleh Pemkot, serta sisanya yang masih tinggal terus disuplai bantuan kebutuhan sehari-hari. Terlebih, lanjut dia, pihaknya masih terus memikirkan apakah harus tetap mengirimkan bantuan ke lokasi, atau memberikan kepada pengungsi yang ada di Parepare.
“Logistik saat ini juga mulai terbatas, utamanya susu sisa 4 dos, gula 40 dos, biskuit dewasa 42, susu sachet 39 gantung, 86 bungkus popok dan barang-barang pokok lainnya. Pengungsi tidak berminat khususnya pakaian bekas, dan saat iniaskj ada sebanyak 100 karung, dan ada yang ditampung di Dinas Pendidikan 1500 karung, sementara masih ada 2500 dos air mineral. Sehingga, diamankan di tempat yang lebih baik, dan persediaan logistik juga sudah diatur sedemikian rupa, dan kami tetap berupaya untuk melakukan kunjungan langsung di lokasi,” bebernya.
Taufan menambahkan, sejauh ini perhatian Pemkot juga tak pernah lepas dalam memberikan kebutuhan dasar pengungsi khususnya pendidikan dan kesehatan. Taufan menyebutkan, data pasien korban gempa yang dilayanai sebanyak 87 orang, terdiri dari pelayanan rawat jalan 32 orang, dan rawat inap 55 orang, meliputi tindakan rawat inap, operasi, perawatan intensif dan cuci darah.
“Total biaya yang sudah dikeluarkan sekitar Rp135 jt. Mereka tidak ditanggung oleh BPJS, sehingga kami yang menanggung. Selanjutnya, kami juga telah menjadwalkan ulang pengiriman langsung bantuan kepada korban gempa Parepare di lokasi. Dan itu nantinya, tetap sambil mengurus pengungsi yang ada di Parepare,” tandasnya.
(Luki)