AKARBERITA.com, Maros – Pengungsi kerusuhan Wamena yang menggunakan pesawat hercules jenis A-1314 milik TNI Angkatan udara gelombang ke empat kembali tiba di pangkalan udaran (Lanud) Sultan Hasanuddin, Jumat (4/10) siang kemarin sekitar pukul 12.36 wita. Pengungsi kerusuhan Wamena asal Sulsel yang kembali melalui jalur udara menggunakan pesawat Hercules berjumlah sekitar 194 orang.
Menurut Kepala Seksi Angkutan Udara Mayor PNB Hendro Sukamdani, jumlah penumpang pesawat Hercules C 130 yang dievakuasi dari Biak untuk hari ini berjumlah 50 orang, 39 diantaranya merupakan warga Sulsel. Selebihnya menuju Halim Perdana Kusuma.
“Untuk hari ini hanya ada Satu penerbangan dari biak, dan mengangkut sekitar 50 penumpang yang merupakan pengungsi kerusuhan Wamena. Tapi yang merupakan warga Sulsel hanya sekitar 39 orang. Selebihnya langsung diterbangkan lagi ke Halim,” ujarnya.
Hendro Sukamdani menyebutkan hingga saat ini total pengungsi yang diangkut menggunakan hercules milik TNI AU sebanyak 557 orang. Yang merupakan warga Sulsel sebanyak 194 orang.
Saat tiba Lanud Sultan Hasanuddin, pengungsi tersebut langsung diarahkan ke tenda-tenda yang telah disiapkan. Beberapa diantaranya menjalani perawatan dari tim medis yang merupakan gabungan dari Puskesmas, Rumah sakit Kota Makassar dan puskesmas Maros serta Fakultas Kedokteran UMI.
Hal itu dipertegas Kepala Dinas Kesehatan Andi Nasyiatun Azikin. Menurutnya, seluruh jumlah tenaga medis yang distandbykan untuk menyambut pengungsi kerusuhan ini berjumlah sekitar 50 orang. Terkait penyakit yang diderita pengungsi kata Nasyiatun, hanyalah pusing karena naik pesawat.
“Rata-rata Pengungsi kerusuhan ini hanya menderita pusing dan mual. Itupun diakibatkan oleh naik pesawat. Alhamdulillah tidak ada yang tiba dengan kondisi sakit parah, dan mengharuskan mereka di rujuk ke rumah sakit. Hampir semua yang diperiksa tim medis dibekali obat untuk mereka minum ketika di daerahnya,” jelasnya.
Salah satu pengungsi kerusuhan Wamena, Dwi mengatakan, dia dan ketiga anaknya memutuskan untuk kembali ke Makassar karena mereka takut menjadi korban kerusuhan. Walaupun saat ini kondisi disana sudah mulai redam, namun dia tetap memilih untuk pulang ke kampung halaman suaminya di Palopo untuk sementara waktu.
“Saya kesini bersama tiga anak saya. Suami tidak ikut, karena harus tetap kerja. Kami pulang kesini untuk mengamankan diri. Kalau suasana sudah mulai kondusif, maka saya akan kembali lagi kesana,” tuturnya.
(Naila)