Oleh: Wirani Aisiyah Anwar
(Dosen IAIN Parepare, STAI DDI Sidrap)
OPINI – Tinggal menghitung hari bangsa Indonesia akan menyambut perayaan kemerdekaan tepat di tanggal 17 Agustus. Apakah benar kita sudah merasakan kemerdekaan?
Kemerdekaan yang hakiki merupakan kebebasan dari belenggu apapun. Tapi pada kenyataannya belenggu-belenggu masih silih datang menghampiri. Masih kita jumpai banyak penindasan terutama dari segi ideologi. Bukan jasad saja yang mesti merdeka tapi rohani kitapun perlu merdeka.
Ideologi bangsa Indonesia sudah mulai tercemar salah satunya dengan ideologi kapitalis.
Kapitalis tidak menyerang lagi melalui senjata ataupun bom atom tapi dengan hebatnya menyerang wilayah ideologi bangsa Indonesia sehingga secara tidak langsung, mau tidak mau banyak yang tidak sadar bahwa dirinya telah terserang virus kapitalis.
Tahukah anda apa itu kapitalis? Kapitalis merupakan sistem yang mempunyai prinsip memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dengan melakukan segala cara. Seperti bentuk piramida penguasa semakin sejahtera tanpa memikirkan yang lain.
Bangsa Indonesia kebanyakan bangga menggunakan barang made in non Indonesia dibandingkan produk dalam negeri, kekayaan Indonesia yang melimpah di ekspor keluar dan dikembalikan dengan aneka varian dengan harga yang fantastis dan kita sambut itu dengan tangan terbuka tanpa memikirkan hal-hal seperti ini yang akan membelenggu bangsa sehingga akan merasa bergantung. Bukan lagi penjajah yang menghampiri, tapi kita yang menghampiri.
Sudah saatnya bangsa Indonesia mulai membudidayakan SDM yang benar-benar mau dan sudah mengembangkan Negara Indonesia ini, bukan dengan hutang melainkan kemampuan melunasi hutang Negara. Sayangnya, banyak yang berlomba-lomba memperoleh nama, memperoleh jabatan dengan cara kapitalis.
Dapat disaksikan mereka berlomba menjadi koruptor. Koruptor bukan lagi hal yang tabu tapi menjadi hal yang wajar. WTS (Wanita Tuna Susila) berganti menjadi PSK (Pekerja Seks Komersial) secara tidak langsung pekerjaan tercela ini menjadi sebuah ladang bisnis dan kembali bukan hal yang tabu tapi menjadi hal yang wajar.
Jangan salahkan ketika masih kita jumpai kedua tokoh ini (Koruptor dan PSK), selama Negara tidak tegas dalam pembasmiannya. Seperti obat anti nyamuk, dengan tegas menyatakan diri bahwa mereka racun bagi nyamuk. Seharusnya sanksi pidana untuk para Koruptor dan PSK ini juga menjadi racun sehingga mereka pelakunya akan takut untuk tidak melakukannya. Malah dapat kembali disaksikan bukan hanya orang dewasa yang menjadi pelaku PSK tetapi anak di bawah umurpun dijumpai.
Dengan bangganya mereka mempertontonkan yang tidak seharusnya dipertontonkan sebagai iklan misalnya di media sosial agar lawan jenis tertarik, demi materi mereka rela melakukan itu. Kembali lagi kapitalis meracuni.
Apa sebenarnya yang rusak dari Negara ini? Akhlak, ya seharusnya sudah ada sekolah pembenahan akhlak. Bukan hanya untuk anak-anak tapi sekolah ini untuk mereka yang menginginkan nama maupun jabatan. Dengan akhlak kita akan mengetahui dan menjauhi apa yang dilarang dan melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Kita dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya secara profesional tanpa mengharap imbalan pensejahteraan diri.
Jika sekolah akhlak didirikan di Indonesia bias dipastikan kemerdekaan hakiki dapat dirasakan seluruh bangsa Indonesia.
Tapi yang kembali menjadi pertanyaan masih adakah yang benar-benar menjunjung nilai-nilai Pancasila sehingga mau melakukan apapun demi Negara ini. Sulit menemukannya, bagaikan jarum yang jatuh ditumpukan jerami. Tapi bukan tak mungkin.
Saatnya kita bagian dari bangsa Indonesia sadar bahwa bangsa ini butuh oksigen. Cukup, untuk tidak memberi kepercayaan pada bangsa ini bahwa kita mampu memberi perubahan, menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia mampu mandiri dengan SDM yang handal dan berakhlak. MERDEKA!!!