AKARBERITA.com, Gowa – Ayu Lestari, salah satu pelajar Madrasah Ibtidaiyah (MI) Guppi Mammeso berharap sekolahnya segera mendapatkan perbaikan fasilitas dari pemerintah.
Ayu Lestari yang masih duduk dikelas 4 MI Guppi Mammeso merupakan salah satu siswa yang mengeyam pendidikan disekolah tersebut. Ia bersama puluhan siswa lainnya tetap semangat belajar meski kondisi ruangan sekolahnya tidak seperti dengan sekolah lainnya.
“Dinding sekolah ku sudah rusak kak. Lantainya juga masih tanah. Saya mau diperbaiki kasian supaya kami tambah semangat belajar,” kata Ayu saat ditemui di MI Guppi Mammeso.
Diketahui, MI Guppi Mammeso ini terletak di Dusun Bontotangga, Desa Bissoloro, Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa.
Sekolah yang sudah berdiri sejak tahun 1978 hingga 2019 ini sangat memprihatikan. Mulai dari atap hingga dinding sekolah sudah rusak parah.
Lantainya pun hanya beralaskan tanah. Meja dan bangku tempat siswa belajar juga dalam kondisi rusak. Padahal, sekolah ini menjadi tempat puluhan siswa untuk menimbah ilmu.
Kepala MI Mammeso Mustafa mengaku, jika sekolah yang terletak di daerah terpencil ini memang sudah lama tidak mendapatkan perhatian dan bantuan dari pemerintah.
“Ini sekolah naungannya Depag Gowa, tapi dari dulu hingga sekarang sekolah kami belum diberikan bantuan,” katanya saat dikonfirmasi, Senin (19/8).
Ia menyebutkan, hingga saat ini jumlah siswa yang ia ajar berjumlah sekitar 30 orang. Mereka belajar dalam satu bangunan yang dibagi menjadi enam kelas.
“Jadi kita bagi itu satu bangunan menjadi beberapa kelas. Mau tidak mau kita harus lakukan seperti ini,” ungkapnya.
Sekolah yang memang terletak di daerah terpencil ini, lanjut Mustafa, menjadi satu-satunya tempat belajar bagi anak-anak yang ada di dusun Bontotangga. Pasalnya, jarak sekolah SD yang ada di Desa itu cukup jauh.
“Jauh sekali kalau anak-anak mau ke sekolah negeri yang ada di Desa. Makanya mereka lebih memilih sekolah di MI Mammeso,” sambung Mustafa.
Ia pun berharap, pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Agama Gowa dapat segera memberikan bantuan. “Saya cuma berharap perhatian dari pemerintah. Kasian anak-anak kita,” harapnya.
Dari data yang dihimpun, tamabah Mustafa lagi, jumlah tenaga pengajar di MI Mammeso sekitar 7 orang. Hanya saja, yang aktif mengajar hanya satu orang yakni Mustafa yang juga merangkap sebagai Kepala Sekolah.
“Honor semua ini yang mengajar. Cuman mereka juga jarang masuk mengajar. Untungnya ada anak-anak mahasiswa dari Makassar yang sering datang mengajar,” lanjut Mustafa.
Menanggapi adanya permintaan bantuan dari pihak MI Mammeso, Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Gowa , Adliah angkat bicara.
Ia mengatakan, bahwa Kepala Madrasah (Kamad) itu harus pro aktif. Ia menyarankan agar pihak Madrasah memasukkan proposal agar dapat memperoleh bantuan.
“Kamadnya harus pro aktif. Harus ada profosal yang di masukkan ke Kemenag untuk di daftar di Sapras Emis. Kami akan segera komunikasi kan dengan Kasi Madrasah,” katanya.
(Henra)