AKARBERITA.com, Gowa – Pemerintah Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Gowa memiliki komitmen kuat untuk dapat meningkatkan ekonomi masyarakatnya. Lewat Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) Ma’minasata Pallantikang, mereka mulai merintis industri kripik yang berbahan dasar buah-buahan.
Kasi Kesejahteraan Desa Pallantikang yang sekaligus menjadi Anggota Badan Pengawas BUMDesa Ma’minasata Pallantikang Muhammad Ramli A. Ewamenuturkan bahwa, industri kripik buah ini baru dirintis pada Desember 2018 lalu. Namun, produksi dan pemasaran baru dimulai awal bulan Maret 2019.
“Proses persiapan lokasi usaha, pelengkapan teknologi dan manajemen sumberdayanya kami persiapakan kurang lebih dua bulan ini,”tuturnya saat dikonfirmasi, Rabu (13/3).
Meskipun daerah pemasarannya masih diwilayah Pattallassang, Ramli optimis produk olahan dari masyarakat ini bisa bersaing dengan produk-produk lainnya. Sebab, proses pengolahannya juga dilengkapi dengan standar operasional prosedur (SOP). “Jadi, kegiatan produksi kita lakukan secara terpusat dirumah produksi yang berlokasi di Dusun Bilayya dan dikerjakan oleh manajemen BUMDesa dengan SOP tertentu. Hal ini kami lakukan untuk menjamin dan mengontrol standar kualitas produksi kami,” katanya.
Ramli menyebutkan bahwa, kripik buah yang diporduksi masyarakat ini bermacam-macam. Ada kripik yang terbuat dari Pepaya, Nangka, Salak, Nenas, Mangga, Rambutan, Apel, Melon dan Semangka. Namun berbicara buah buahan setiap jenisnya dan pada daerah tertentu memiliki musim tertentu juga. Produksi buah yang dihasilkan oleh petani pada musim tertentu yang jumlahnya banyak sehingga harga turun dapat diolah sehingga tidak perlu lagi dibawa keluar.
Ramli menjelaskan, untuk proses pembuatan kripik buah ini melalui beberapa tahapan. Adapun tahapan pembuatan kripik ini dimulai dengan mengupas dan dibersihkan dengan air serta dipisahkan bijinya bagi buah yg memiliki biji. Kemudian diris iris dengan ketebalan tertentu untuk mendapatkan hasil kematangan yang merata.
“Bahan yang telah siap dimasukkan dalam mesin Vacum Fraying kedap udara dengan suhu panas tertentu sesuai kandungan kadar Air (setiap jenis buah berbeda kadar airnya), untuk menghilangkan kadar air nya,” jelasnya.
Ia melanjutkan, setelah matang, buah bisa dilihat dengan tanda tidak ada lagi gelembung dipermukaan minyak goreng selanjutnya ditiriskan dengan menggunakan mesin peniris. Setelah kadar minyak sudah tidak ada lagi maka dilanjutkan dgn proses pengemasan dan branding produk.
Dengan harga Rp5ribu perkemasan, produk kripik buah ini memiliki keunggulan tersendiri. Ramli menjelaskan bahwa keunggulan dari produk ini yakni bagi belum pernah ada produk kripik dari bahan dasar buah yang telah disebutkan diatas. “Kripik ini tetap memunculkan rasa aslinya tanpa bahan perasa tambahan. Serta buah yang diolah pada umumnya dibudidayakan oleh warga sekitar,” jelasnya.
Ramli yang mewakili masyarakat desa, pengurus BUMDes dan Pengelola Unit Usaha memiliki harapan, pemasaran produk kripik buah ini dapat menjangkau semua kalangan dan masuk kesupermarket supermarket.
“Apabila permintaan pasar meningkat maka produksi juga harus ditingkatkan sehingga semakin banyak pula warga di desa kami yg bisa diberdayakan baik sebagai tenaga kerja maupun petani buah. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku yg belum ada didesa kita berharap ada kerjasama dengan pihak produsen buah yang dibutuhkan dari luar desa atau daerah lain. Kami juga berharap semoga bisa mendapat perhatian dan pendampingan dari instansi lembaga pemerintah maupun swasta untuk perkembangan kegiatan UKM ini kedepannya,” harapnya.
(Hendra)